Rabu, 17 Desember 2008

MARXISME




MARXISME

PENGARUH MARXISME DALAM DIRI SOEKARNO

Oleh : Tulus Chandra Putra Simanungkalit



Pemikiran Soekarno dalam mencentuskan ideologi marhaenisme berangkat dari refleksi kondisi sosial kemasyarakatan di zamannya, juga ideologi marhaenisme dapat dikatakan dipengaruhi oleh tiga paham yang menguasai alam pikiran masayarakat Indonesia di zaman kolonialisme dan imperialisme.

Hal ini tak dapat disangkal oleh pihak manapun, ideologi yang dilahirkan Soekarno merupakan campuran atau konfigurasi ketiga aliran
atau paham tersebut. Bahkan dapat dibuktikan dari obsesi Soekarno yang mengupayakan harmonisasi diantara ketiga paham ini yang pada masa hidup Soekarno kontradiktif antara sama lain.

I.2.1 Pengaruh Marxisme

Manusia menurut Karl Marx adalah manusia konkret
yaitu orang-orang yang hidup di zaman tertentu dan anggota masyarakat
tertentu. Manusia ditentukan oleh keadaan dan negara dimana mereka
hidup (mahluk sosial) karena ia hanya dapat hidup dan bekerja dalam
suatu tata masyarakat yang ia jumpai waktu ia lahir.

Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup manusia harus
beerja mengubah alam dan menciptakan kerangka sosial. Pekerjaan adalah
tanda bahwa manusia berbeda dengan binatang. Dalam pekerjaan manusia
dapat merealisasikan dirinya, karena hasil kerjanya diakui oleh orang
lain dan ia harus puas serta senang dalam pekerjaannya. Dengan
demikian pekerjaan merupakan jembbatan emas antar manusia.

Namun pada kenyataannya manusia terasing dalam pekerjaan
karena ia bersaing dengan manusia lain. Keterasingan manusia dalam
pekerjaan diakibatkan oleh uang, paksaan dan kepentingan manusia lain.
Uang sebagai tanda keterasingan manusia karena uang sebagai perantara
manusia dengan kebutuhannya. Manusia yang bekerja tidak membutuhkan
hasil kerjanya tapi membutuhkan nilai tukarnya uang. Paksaan sebagai
tanda keterasingan manusia karena manusia yang bekerja terpaksa untuk
menjamin nafkah hidupnya, maka ia bekerja untuk kepentingan orang
lain, hasilnya dimiliki oleh orang lain. Manusia terasing dari hasil
kerjanya.

Keterasingan dari orang lain karena kepentingan, dalam sistem
ekonomi kapitalisme manusia bekerja terdiri dari dua kelas yaitu
kelas pemilik alat-alat produksi atau kaum kapitalis dan kaum buruh.
Kedua kelas ini memiliki kepentingan yang berbeda, kaum kapitalis
ingin memperoleh laba yang banyak dan kaum buruh ingin upah yang layak
dan ini menjadi awal pertetangan kelas.

Pertentangan kelas dalam jaman kapitalisme antara kelas kapitalis
dengan kelas buruh tidak dapat diselesaikan dengan jalan damai. Kaum
kapitalis tidak akan sukarela menyerahkan kekuasaan politik, ekonomi,
sosial kepada kelas buruh sehingga kelas buruh harus lawan kaum
kapitalis untuk mengubah nasib mereka dan menghancurkan sistem
kapitalisme dan inilah yang disebut perjuangan kelas. Kemenangan
revolusi kaum buruh kontra kelas kapitalis menjadikan kaum buruh
menguasai negara dan membentuk diktatur proletariat.

Revolusi politik menjadi alat bagi kaum buruh untuk menguasai
negara. Kelas kapitalis yang dikalahkan dalam revolusi kelas buruh
tidak serta merta lenyap dalam masyarakat. Sisa-sisanya masih hidup
dan dapat tumbuh dalam negara diktatur proletariat jadi dalam diktatur
proletariat kelas masih ada sehingga negara harus tetap ada.

Negara akan lenyap bila kelas-kelas sudah tidak ada lagi,
masyarakat tanpa kelas inilah yang disebut Karl Marx masyarakat
komunis dimana setiap orang bekerja menurut kemampuannya dan
memperoleh keperluan hidup menurut kebutuhannya.

Tidak hanya pengaruh imperialisme dan kapitalisme di masa kehidupan
Soekarno, pengaruh lain juga turut membentuk kesadaran politik
Soekarno. Pengaruh lain seperti berkembangnya ajaran marxisme,
islamisme dan memuncaknya kesadaran kebangsaan atau nasionalisme juga
turut memberikan andil besar dalam pembentukan ideologi marhaenisme
yang dicetuskan oleh Soekarno.

Hal ini berawal dari kedatangan orang-orang sosialis Belanda ke
Indonesia yang memperkenalkan paham sosialisme ke tanah air. Kaum
sosialis Belanda ini terdiri dari Sneevliet, Baars, Bergsma,
Brandsteder, Dekker, C. Hartogh, bahkan pada tahun 1914 Sneevliet
mempelopori gerakan sosialisme yang didasarkan pada ajaran Karl Marx
dan Engels di Indonesia dengan mendirikan Indische Sociaal
Democratische Vereeniging (I.S.D.V) di Semarang.

Pada bulan Maret di tahun 1917 Sneevliet juga menulis suatu artikel
yang berjudul " Zegepraal " yang artinya kemenangan, dimana dalam
artikel tersebut Sneevliet sangat terobsesi dan mengagung-agungkan
Februari-Revolusiny a Kerensky di Rusia yang berbunyi :


" Telah berabad-abad disini hidup berjuta-juta rakyat yang menderita dengan penuh kesabaran dan keprihatinan, dan sesudah Diponegoro tiada seorang pemuka yang menggerakkan massa ini untuk menguasai nasibnya sendiri.
Wahai rakyat di Jawa revolusi Rusia juga merupakan pelajaran bagimu. Juga rakyat Rusia berabad-abad mengalami penindasan tanpa perlawanan, miskin dan buta huruf seperti kau. Bangsa Rusiapun memenangkan kejayaan hanya dengan perjuangan terus-menerus melawan pemerintahan paksaan yang menyesatkan.

Juga di Rusia sarekat-sarekat buruh dipimpin oleh Pemerintah. Kebaktian kepada kemerdekaan adalah kebaktian yang berat. Kebaktian itu tidak mengijinkan kelemahan, rasa takut, keragu-raguan, ketidakpastian. Kebaktian itu menghendaki keseluruhan kepribadian, keberanian, diatas segala-galanya keberanian.

Apakah lonceng kegembiraan sekarang juga menggema didalam hati kita?
Apakah penabur dari benih propaganda untuk politik radikal dan gerakan
ekonomi rakyat di Indonesia memperlihatkan kegiatannya ?
Dan tetap bekerja dengan tidak henti-hentinya, meskipun banyak benih
jatuh diatas batu karang dan hanya nampak sedikit yang tumbuh ?
Dan tetap bekerja melawan segala usaha penindasan dari gerakan
kemerdekaan ini ?
Maka tidak bisa lain bahwa rakyat di Jawa, di seluruh Indonesia kan
menemukan apa yang telah ditemukan rakyat Rusia ; kemenangan yang
gilang-gemilang. "


Akibat dari artikel yang ditulisnya Sneevliet diproses oleh pengadilan Belanda, dan iapun membuat pidato pembelaan sehingga tergambarkan pertentangan yang tidak hanya merupakan pertentangan antara Belanda dengan Belanda melainkan antara sosialis dan kolonialis. Pidato pembelaan Sneevliet menjadi sumber ajaran sosialisme yang ilmiah dan dijadikan dasar bagi para pemimpin bangsa Indonesia.

Pidato pembelaan Soekarno di hadapan pengadilan Belanda " Indonesia Mengugat " pada tahun 1930 juga banyak terinspirasi oleh jalan pikiran Sneevliet pada tahun 1917.

Dan ketika Soekarno tinggal di rumah H.O.S Cokroaminoto ia juga terlibat dalam diskusi-diskusi politik dalam kesehariannya. Banyak tokoh-tokoh yang datang ke rumah Cokroaminoto seperti Semaun, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr. Sutomo. Ia pun bisa berdialog langsung dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional tersebut.

Pemikiran Soekarno yang semenjak kanak-kanak sewaktu di Mojokerto sudah menegaskan pertentangan antara penindas dan rakyat yang tertindas. Dan pada waktu di rumah Cokroaminoto melebihi seperti apa yang telah dipikirkan Soekarno pada saat di Mojokerto karena tokoh-tokoh pergerakan nasional tersebut sudah memikirkan startegi perlawanan mengusir imperialisme.

Pandangan tokoh-tokoh dunia seperti Karl Marx, George Washington, Thommas Jeffersons, Ernest Renan, Otto Bauer, Karl Kautsky, Nehru, Gandhi, Sun Yat Sen, Jailani el-Afgani, Manuel Quizon, Mustafa Kamil semakin memperkaya alam pikiran Soekarno. Bahkan menyangkut pengaruh marxisme Soekarno berkali-kali mengatakan bahwa marhaenisme adalah marxisme yang diterapkan sesuai dengan situasi-kondisi di Indonesia.

Bahkan Soekarno juga menggunakan historis-materialis me dari ajaran marxisme dan membuang filasafat materialisme. Materialisme dialektis, filsafat komunisme menyebut dirinya sebagai materialisme karena menempatkan materi sebagai faktor primer dan bertentangan dengan materialisme mekanistik. Historis-materialis me bagi Soekarno bukanlah merupakan ajaran atau ideologi, tetapi semata-mata merupakan teori sosial untuk digunakan sebagai metode berpikir (denk method) dalam menganalisa suatu keadaan sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Literatur berbau marxisme memang telah lama dikonsumsi oleh Soekarno ketika ia tinggal di rumah Cokroaminoto. Buku-buku tersebut dipinjam dan dibeli dari tokoh bukunya ISDV, dan dikaji bersama-sama dengan Suryopranoto, Alimin, dll. Soekarno sendiri di tahun 1916-1920 dalam suratnya kepada keluarga Cokroaminoto sewaktu berada di pembuangannya di Bengkulu berbunyi :

" Sejak saya sebagai anak-plonco buat pertama kali belajar kenal dengan teori marxisme dari mulutnya seorang guru H.B.S yang berhaluan sosial-demokrat (C. Hartogh) sampai memahami sendiri teori itu dengan membaca banyak-banyak buku marxisme dari semua corak, sampai bekerja dalam aktif politik, sampai sekarang, maka teori marxisme bagiku adalah satu-satunya teori yang saya anggap kompeten buat memecahkan soal-soal politik, soal-soal kemasyarakatan. "

Marxisme dianggap sebagai ilustrasi absolutisme yang khas dan timbul ketika faktor dalam interaksi dipisahkan dan diunggulkan. Marxisme memberikan suatu ilustrasi khas baik karenanya modenya maupun karena marxisme menyatukan diri mewakili satu-satunya teori perubahan sosialyang ilmiah dan sebagai metode untuk melahirkan perubahan di
masa depan.

Marx menyebut kapital sebagai nilai yang memperbesar diri, dan fungsi kapital sebagai suatu perwujudan kekuasaan karena esensi kapital bagi Marx adalah dominasinya atas kelas pekerja. Soekarno muda sangat menekuni ajaran-ajaran marxisme yang sangat berperan besar dalam membangkitkan kesadarannya atas ketertindasan yang dialami rakyat Hindia Belanda. Konsepsi perebutan alat-alat produksi ke dalam tangan kaum buruh dari tangan majikan atau pemilik modal yang dicetuskan Karl Marx dan Engels menjadi gagasan menarik bagi Soekarno.

Pada awalnya ISDV hanyalah kumpulan orang-orang sosial-demokrat dari Eropah yang berada di Hindia. Namun selanjutnya lahir sayap kiri yang menginginkan adanya massa dari kalangan pribumi/bangsa Indonesia sendiri.

Tokoh sayap kiri tersebut adalah Henk Sneevliet dan Ir. Baars. Pada tahun 1916 ISDV mulai merangkul Sarekat Islam sebagai salah satu kekuatan terbesar kelompok pribumi. ISDV kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Komunis di India (PKI), dan pada kongres bulan Mei 1920 diputuskan Semaun dan Darsono menjadi ketua dan wakil ketua. Mulai saat itu PKI menjalin hubungan dengan Komunisme Internasional (Komintern).

* Diambil dari skripsi S1 ILMU POLITIK FISIP USU-MEDAN
* Komisaris GMNI FISIP USU 2004-2005

1 komentar: