Minggu, 13 Juni 2010

SATRIO PININGIT INDONESIA



Perjalanan Hidup Bung Karno, Putra Sang Fajar

Oleh : Tulus Chandra Simanungkalit


1. Sosok Pribadi Soekarno

Soekarno lahir pada tanggal 06 Juni 1901 di Surabaya dari pasangan Raden Sukemi Sosrodihardjo seorang guru dan Ida Ayu Nyoman Rai (Bangsawan Bali) dan lebih dikenal sebagai Idayu. Sukemi dan istrinya tinggal di Singaraja sampai putri tertua mereka lahir bernama Sukarmini, dalam masa dua tahun setelah kelahiran putrinya itu Sukemi beserta keluarga pindah ke Surabaya.

Di Surabaya kemudian Soekarno dilahirkan Nama kecil Soekarno adalah Koesnososro Soekarno,tapi karena sering sakit waktu kecil kemudian sesuai dengan kebiasaan Jawa ia hanya dipanggil Soekarno saja. Sewaktu Soekarno masih kanak-kanak kedua nama pertamanya dibuang. [1]

Kelahiran Soekarno disebut-sebut mengandung unsur bermacam pertanda dan perlambang. Salah satu diantaranya peristiwa meletusnya Gunung Kelud, sebuah gunung merapi dekat Kediri di Jawa Timur, namun tidak ada yang tahu apakah hal itu pertanda sambutan baik, ataukah pertanda kemarahan.

Hanya saja Soekarno lebih serius ketika menjelaskan tahun dan tanggal lahirnya yang menurutnya fajar sebuah abad baru dan sebuah hari yang membawa keberuntungan,

“ Hari kelahiranku adalah serba enam. Tanggal enam bulan enam. Adalah menjadi nasibku yang paling baik dilahirkan dibawah bintang Gemini, lambang kekembaran, dan memang itulah aku sesungguhnya. Dua sifat yang berlawanan. Aku bisa lunak dan aku bisa cerewet. Aku bisa keras laksana baja, atau lembut berirama. Kepribadianku adalah paduan antara pikiran sehat dan getaran perasaan. Aku seorang yang suka memaafkan, akan tetapi aku pun seorang yang keras kepala. Aku menjebloskan musuh-musuh Negara ke belakang jerajak besi, namun demikian aku tidak sampai hati membiarkan burung dalam sangkar. [2]

Soekarno lahir pada Kamis, 6 Juni 1901 di kampung Lawang Seketeng, Surabaya. Persamaan tanggal dan bulan kelahirannya membawa pengaruh pada pola berpikirnya yang selalu berada di ujung dua garis ekstrim yang saling bertolak belakang.

Sejak kecil¸ Soekarno sudah menyimpan mitos tentang dirinya sebagai pejuang besar dan pembaharu bagi bangsanya. Ibunya, Ida Nyoman Rai menceritakan makna kelahiran Soekarno di waktu fajar.

“ Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, engkau akan menjadi pemimpin dari rakyat kita, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing. Kita orang Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan nak., bahwa engkau ini putra dari sang fajar. “[3]

Bahkan Soekarno sudah mencatat sebelum meninggalkan bangku HBS, bahwa dirinya diramalkan oleh beberapa orang penting akan menjadi pemimpin. Pemimpin besar, pemimpin bangsa. Catatan Soekarno dalam biografinya mengingatkan kita pada ramalan-ramalan dalam Babad Tanah Djawi mengenai raja-raja Jawa. Ramalan yang oleh Soekarno disebut ’ golden prophecy ’, ramalan emas, mula-mula diucapkan ibunya sendiri ketika ia baru lahir, dan diulangi neneknya sewaktu ia masih kanak-kanak. [4]

Prof. Hartagh yang pernah menjadi gurunya, ketika Soekarno masih berusia belasan tahun sudah mengetahui akan keistimewaan dalam diri Soekarno. Bahkan Dr. Douwes Dekker Setiabudi mengatakan, ” Anak kecil ini kelak akan menjadi penyelamat bangsanya ”. Chokroaminoto pun berpesan kepada seluruh keluarga Soekarno pada suatu sore yang sedang diguyur hujan,

” Ikutilah anak ini. Ia diutus Allah untuk menjadi Pemimpin Besar. Saya bangga memberinya tempat berteduh di rumah saya ”. [5]

Sikap ini berdasar pada keinginan Soekarno yang ingin menciptakan keselarasan (harmoni), kesatuan dan toleransi beragama (unity and religious tolerance) yang sesuai dengan sifat kejawaan yang menjadi latar belakang kehidupannya. Dalam hal ini ia bisa menjadi satu ketika digolongkan sebagai orang yamg radikal sementara pada sisi lain ia justru sebaliknya.

Soekarno melihat dirinya yang terdiri dari dua sifat yang berlawanan sebagai suatu kemungkinan pertanda nasibnya di dunia politik.

“ Karena aku terdiri dari dua belahan, aku dapat memperlihatkan segala rupa,aku dapat mengerti segala pihak, aku memimpin semua orang. Boleh jadi ini secara keseluruhan bersamaan. Boleh jadi juga belahan dari watakku itu menjadikanku seseorang yang merangkul semuanya. “[6]

Akar budaya Jawa yang melekat dalam kejiwaan Soekarno berangkat dari adanya harmoni di alam semesta karena alam ini diciptakan dalam satu kesatuan sistemik oleh karena itu tidak boleh terjadi konflik antara satu dengan yang lain. Dan dalam posisi ini Soekarno menempatkan dirinya sebagai penyeimbang (balancer) dari setiap aliran politik yang berkembang di tanah air.[7]

Ketika ia berumur enam tahun, keluarganya pindah dari Surabaya ke Mojokerto dan disana Soekarno masuk ke Sekolah Dasar Ongkoloro tempat ayahnya mengajar. Hubungan Soekarno dengan pembantu keluarga yang bernama Sarinah ; pada masa kecilnya Soekarno tidur bersama dengannya, yang pada kemudian hari dipujanya sebagai lambang wanita Indonesia dan disebut Sokarno sebagai wakil rakyat kecil yang membentuk sebahagian besar penduduk Indonesia.[8]

Di masa kecilnya Soekarno sering merasa sedih karena hidup dalam kemelaratan sehingga tak dapat menikmati benda-benda yang diidamkannya, di saat anak-anak lain dapat menikmati makanan, jajanan, dan mainan. Soekarno kecil hanya dapat menyaksikan mereka dengan perasaan sedih. Kemudian ia menangis untuk mengungkapkan ketidakpuasan sekaligus ketidakberdayaannya. Selain itu di lingkungan sekolah ia harus berhadapan dengan anak-anak Belanda yang sudah terbiasa memandang seblah mata keturunan pribumi.

Soekarno mengakui bahwa Sarinah adalah pengaruh tunggal paling besar dalam hidupnya dan sangat dikagumi oleh Soekarno. “ Dari dialah saya belajar mencintai rakyat jelata. Ia berasal dari rakyat biasa, tetapi mempunyai kebijaksanaan yang luar biasa. “ [9]

Melalui Sarinah-lah ia memperoleh pelajaran penting, disertai ucapan “ Karno, yang terutama engkau harus mencintai ibumu. Akan tetapi kemudian engkau harus mencintai pula rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya. “[10]

Semasa perjuangan kemerdekaan menurut Soekarno wanita di Jawa dan di daerah lainnya sangat berperan dalam roda perjuangan. Pendapat Soekarno mengenai peran wanita dalam revolusi sehingga harus duduk bersama dalam perjuangan. Bung Karno berkata “ Bangkitkanlah wanita itu ikut serta sehebat-hebatnya dalam revolusi kita guna kepesatan revolusi itu. “ [11]

Soekarno juga menegaskan “ Perjuangan tanpa wanita bagaikan sayap garuda yang terpaku di bumi “. Ia sangat sepakat dengan pendapat Mahatma Gandhi yang menyatakan bahwa “ Banyak sekali pergerakan kita kandas di tengah jalan, oleh karena keadaan kaum wanita kita. “. Soekarno juga menilai bahwasannya “ Wanita itu harus bertindak, wanita sendiri harus berjuang. “ [12]

Pengaruh pekawinan campuran antara kedua orang tuannya menjadi inspirasi bagi Soekarno dalam pengejawantahan doktrin Bhineka Tunggal Ika, yakni bahwa Soekarno merupakan hasil dari percampuran demikian. Ada makna tertentu dari hal tersebut yang sangat dibanggakan Soekarno, yakni terhadap kenyataan bahwa berakar secara mendalam pada kebudayaan tradisional Jawa.

Dari ibunya Soekarno mewarisi citra rasa kesenian yang lebih bergairah daripada yang biasa dijumpai di Jawa, dimana orang lebih memikirkan bagaimana mengawetkan dan mengasah suatu tradisi kebudayaan yang sangat halus daripada melakukan pembaharuan dan eksperimentasi. Sedangkan dari ayahnya Soekarno memperoleh naluri tradisi mistik Jawa dan kesadaran akan kebutuhan suatu penataan atas alam yang tidak teratur. [13]

Di masa kanak-kanak Soekarno dipenuhi kebudayaan tradisional Jawa melalui dunia wayang yang merupakan salah satu dari kebudayaan tinggi tradisi keraton Jawa sekaligus merupakan tradisi rakyat pedesaan Jawa.

Soekarno mempelajari filsafat Jawa dari kakek-neneknya di Tulungagung, dari ayahnya di Mojokerto dan dari seorang petani miskin yang tinggal dekat Mojokerto bernama Wagiman. Dari Wagiman ia mendapatkan cerita-cerita tentang para pahlawan wayang, tentang Kumbakarna, Arjuna, Gatot kaca, Kresna, Semar, tentang Hanoman dan banyak lainnya.[14]

Sejak kecilnya Soekarno sudah menggeluti tradisi wayang. Dalam pidatonya ia sering menggunakan kisah dan tokoh-tokoh perwayangan, apbila ia ingin menyampaikan pikiran yang lebih pelik kepada khalayak Jawa. Hal ini disebabkan karena sedemikian lamanya ia hidup dan bergerak dalam dunia pemikiran wayang dan memandang konflik-konflik masa kini dalam kaca mata perwayangan.

Namun yang terpenting dalam membentuk alam pemikiran Soekarno muda dalah profesi ayahnya sebagai guru dan perhatiannya sebagai seorang cendekiawan. Sebagai seorang guru, ayahnya mengawasi sekolah Soekarno secara serius. Dari ayahnya juga Soekarno tidak hanya mendapatkan pengajaran Barat tetapi juga arus spiritualisme barat.[15]

Sewaktu Soekarno kecil ia terkena penyakit tifus, di usianya yang ketujuh tahun, ayahnya tidur dibawah tempat tidur Soekarno dengan keyakinan agar kesaktian ayahnya dapat mengalir ke dalam tubuh Soekarno yang sakit dan menyelamatkan Soekarno dari penyakit itu.[16]

Memasuki usia ke 13, Soekarno tamat Sekolah Dasar Bumi Putera di Mojokerto, kemudian Soekarno melanjutkan ke Sekolah Dasar Belanda dan lulus pada usia 14 tahun dengan sekaligus mengantungi ijazah ujian calon pegawai negeri rendahan. Berangkat dari itu Soekarno kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya ke HBS di Surabaya dan tinggal di rumah HOS Cokroaminoto di Surabaya.

Selama menempuh pendidikan Soekarno pernah mengalami interversi dari ibunya. Soekarno nyaris saja mengurungkan niat menjadi mahasiswa Technische Hogeschool atau Sekolah Teknik Tinggi (ITB) dan belajar di Belanda.[17] Dalam biografi yang ditulis Cindy Adams, terjadi dialog antara Soekarno dengan Ibunya, agar Soekarno tidak berlayar ke Belanda. [18]

Soekarno : ”Ibu, semua pelajar yang sudah lulus HBS, otomatis pergi ke Negeri Belanda. Siapapun yang ingin mendapat pendidikan universiter, mesti ke Holland”.

Ibunda : ”Tidak. Sama sekali tidak. Anakku tidak akan ke negeri

Belanda”.

Soekarno : ”Tetapi apa salahnya pergi ke luar negeri ?”

Ibunda : ”Memang tidak ada salahnya. Tetapi banyak kelirunya pergi kenegeri Belanda. Apa yang menarik kamu ? Harapan akan mendapat gelar universiter, atau keinginan akan perempuan kulit putih ?”

Soekarno : ”Saya mau ke universitas, ibu.”

Ibunda : ”Kalau demikian, kamu masuk universitas disini. Pertama kitaharus mempertimbangkan hal pokok yakni uang. terlalu mahal pergi ke luar negeri. Lagipula kamu seorang anak yang lahir dengan darah Hindia. Saya mau kamu tinggal disini diantara bangsamu sendiri. Jangan pernah lupa Anakku, tempatmu, tujuan hidupmu, warisanmu, adalah di Pulau ini.”

Di rumah Cokroaminoto inilah Soekarno untuk pertama kalinya mendapatkan pengalaman mengenai gairah yang mulai mengusik masyarakat Indonesia dan energi politik untuk mempersiapkan perlawanan terorganisasi melawan pemerintah kolonial Belanda. Surabaya tempat kediaman Soekarno di rumah cokroaminoto merupakan tungku pemikiran dan pusat aksi nasionalisme.

Soekarno mulai menulis di Majalah Utusan Hindia dengan nama samaran Bima, ksatria perkasa dalam kisah perwayangan yang berani dan heroik. Konon jumlah tulisannya lebih dari 500 buah dan menjadi bahan pembicaraan orang di seluruh Hindia Belanda. [19]

Soekarno sendiri amat mengagumi sosok Cokroaminoto yang dinilainya sebagai guru dan juga mertuanya dikarenakan Soekarno mengawini putri Cokroaminoto meskipun status perkawinan tersebut hanyalah kawin gantung. Hal ini diungkapkannya sendiri “ Pak Cokro adalah pujaanku. Aku muridnya. “.

Namun belakangan kemudian ia merasa kecewa dengan Cokroaminoto karena Soekarno menilai Cokroaminoto tidak mampu memberikan kehangatan langsung pribadinya kepada pribadi Soekarno yang masih dalam tahap pencaharian jati diri. Kekecewaan Soekarno semakin bertambah tatkala tokoh-tokoh pergerakan yang datang ke rumah Cokroaminoto tidak memperdulikannya. Perasaan ini diungkapkannya melalui perkataan : “ Mahaputera-mahaputera ini mengacuhkanku karena aku masih kanak-kanak. “.

Usianya yang memasuki belasan tahun tidak menghalanginya untuk melahap berbagai buku tentang pemikiran berbagai tokoh. Ia tenggelam dalam bacaan buku-buku filsafat di perpustakaan milik ayahnya, seorang teosof. Buku-buku yang digemarinya adalah jenis buku kerohanian dan tentang ‘ dunia yang lebih kekal ‘. Tanpa disadari ia telah menyelami dalam dunia kebatinan dan disana ia menemukan kebahagiaan.

Cokroaminoto adalah seorang pemimpin Sarekat Islam, setelah Soekarno lulus masuk Techniche Hoge School, Institut Teknologi Bandung ia juga aktif dalam aktifitas politik yang dirintisnya di Surabaya. Soekarno memimpin studi klub di Bandung bersama Iskaq dan Anwari dan lulus sebagai insinyur tahun 1925.[20]

Bersama dengan Sartono, Anwari, Samsi, Tilaar, Sudjadi, Iskaq Jokroadisuryo, Budiarto, Tjipto Mangunkusumo, dan Sunario pada tanggal 4 Juli 1927 mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) yang kemudian berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).[21]

Soekarno ditangkap di Yogyakarta pada tanggal 29 Desember 1929 ditahan di Penjara Banceuy dan diadili tahun 1930 dengan pidato pembelaan (pledoi ) yang terkenal “ Indonesia Menggugat “. Ia divonis huuman penjara selama 4 tahun di penjara Sukamiskin. Setelah ia keluar dari penjara pada tahun 1932 aktivitasnya membakar semangat rakyat semakin besar, ia pun ditangkap kembali secara mendadak karena dituduh menyebarkan risalah mencapai Indonesia Merdeka dan diasingkan ke Ende, Flores pada 14 Februari 1938 kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Soekarno dimata dunia dikenal sebagai seorang tokoh dengan kemampuan berorasi atau berpidato tanpa teks selama berjam-jam. Ia setingkat dengan Fidel Castro, Nehru serta tokoh-tokoh politik dunia lainnya. Sosoknya sangat dihormati oleh para pemimpin dunia.[22]

Nama Soekarno identik dengan Indonesia , bahkan banyak penulis yang menggambarkan Soekarno sebagai ikon daripada Indonesia. Nama Indonesia dikenal melalui nama besar Soekarno. Melihat perjalanan sejarah dan sepak terjang Soekarno equivalen dengan melihat sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Para pemimpin dunia bahkan menyebut Soekarno sebagai “ George Washington dan Jefferson-nya Indonesia “. [23]

Soekarno memiliki sifat-sifat religius, berpikir dialektik, progressif, radikal, revolusioner, serta visioner tentu juga menjadi salah satu indikator yang dibutuhkan oleh para pemimpin yang berjiwa marhaenis untuk membangun bangsa dan negara secara konsekuen dan konsisten ditengah krisis kepemimpinan yang melanda Indonesia. [24]

Keharuman nama Soekarno tidak hanya melekat pada para pemimpin dunia, tetapi menjadi pembicaraan bagi kalangan selebritis dunia. Bintang cantik yang terkenal Marlyn Monroe pernah membatalkan pertunjukannya di New York hanya untuk dapat bertemu dengan Soekarno orator ulung, sang flamboyan dari Indonesia yang mengadakan kunjungan ke Amerika.

Soekarno selain sebagai politikus, insinyur, pemimpin partai, presiden, ia juga seorang pecinta seni. Seni mengalir deras dalam jiwanya dan sedikit atau banyak selalu turut mempengaruhi setiap tingkah dan lakunya. Koleksi lukisannya terdiri dari lukisan-lukisan dari dalam negeri maupun luar negeri. Dalam hal lukisan ia cenderung pada aliran naturalisme. Lukisan pelukis ternama Basuki Abdullah menjadi lukisan terfavoritnya.[25]

Hampir setiap orang mengatakan bahwa Soekarno senang sekali melihat wanita cantik. Dalam koleksi lukisannya terdapat banyak lukisan wanita yang benar-benar menonjolkan keindahan bagian tubuh, seperti mata yang sayu merayu atau penuh sinar memancar, bibir tipis tersenyum manis, rambut ikal bergelombang atau terurai sepanjang badan.[26]

Namun Soekarno juga mampu melukis, salah satu lukisan buah karyanya adalah yang dibuatnya sewaktu ia dibuang di Flores ketika zaman penjajahan Belanda. Selain lukisan ia juga menyukai seni pahat, tarian, nyanyian dan wayang, ia juga memiliki selera yang tinggi terhadap bangunan.

Beberapa bangunan yang dirancang dan diawasi secara langsung oleh Soekarno adalah : Istana Tampaksiring, rumah di Jalan Batutulis, Bogor, Guest House di kompleks Istana Jakarta, Museum Satya Mandala, Tugu Monas dan Mesjid Istiqlal.[27]

Dalam hidupnya Soekarno sudah mengalami berbagai percobaan pembunuhan terhadap dirinya. Berbagai peristiwa tersebut diantaranya peristiwa pembunuhan di Makasar sewaktu Soekarno akan berpidato di depan ribuan massa di Gedung Olahraga daerah itu, peristiwa Idul Adha , Pemboman sekolah Perguruan Cikini, Usaha pembunuhan oleh Allen Pope hingga misteri kematian Soekarno di masa pemerintahan Soeharto yang masih kontroversial. Namun semasa hidupnya Soekarno pada tahun 1954 dianugerahi NU otoritas dan gelar “ Waliyul Damri Dharuri biasy-Syaukah “.[28]

Penuturan Soekarno sendiri tentang percobaan pembunuhan dirinya yang dicertakan kepada Cindy Adams,

“ 48 orang anak mendapat luka parah. Beberapa orang akan cacat seumur hidup… Aku mengingat sembilan orang anak dan seorang perempuan hamil yang kulihat sendiri jatuh tersungkur tidak bernyawa di dekatku. Karena seorang fanatik hendak membunuhku, mereka harus memberikan nyawanya. Dan karena itu pula kau membubuhkan tanda tangan menghukum Kartusuwiryo… “ [29]

Pada bulan Juni tahun 1921 Soekarno tiba di Bandung dan tinggal di rumah Haji Sanusi setelah diatur oleh Cokroaminoto. Soekarno berkenalan dengan istri Sanusi bernama Inggit Gamasih dan dari sinilah kehidupan Soekarno mulai dipengaruhi oleh kehadiran Inggit.

Pada saat Soekarno mengalami kebebasanya yang baru sebagai mahasiswa sosok Inggit terus mengacaukan pikirannya selama perjalanan hidup Soekarno selanjutnya.[30] Hingga ia pun menikah dengan Inggit yang tercatat sebagai istri pertama Soekarno yang setia menemani Soekarno dalam jatuh-bangun kehidupan Soekarno.

Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada Maret 1942, Soekarno, Hatta dan pemimpin pergerakan lainnya sudah meyakini bahwasanya kedatangan Jepang untuk menjajah Indonesia. Pada tahun 1945 Soekarno dan Hatta mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) namun Jepang mengetahui niatan kemerdekaan tersebut kemudian Jepang mendirikan Jawa Hokokai.[31]

Seolah-olah simpati pada kemerdekaan, Jepang kemudian mendirikan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 28 Mei 1945. dalam sidang 1 Juni 1945 Soekarno menyampaikan visi tentang falsafah dan dasar negara yang kemudian dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila.

Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam perang Asia-Pasifik pada tanggal 14 Agustus 1945 para pemuda menculik Soekarno dan sejumlah pemimpin bangsa ke Renggasdengklok. Kemudian para pemuda bersama Soekarno kembali ke Jakarta untuk menyusun naskah proklamasi di rumah laksamana Maeda, naskah tersebut baru dapat diselesaikan pada Jumat dini hari tanggal 17 Agustus 1945 dan pembacaan teks proklamasi dilaksanakan pada pagi hari dalam sebuah upacara bendera di rumah kediaman Soekarno Jl. Pengangsaan Timur 56 Jakarta.[32]

Sehari setelah Indonesia merdeka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang mengesahkan Soekarno sebagai Presiden pertama RI dan Hatta sebagai Wapres. Pada saat Belanda datang kembali ke Indonesia dengan membonceng sekutu yang bertujuan untuk menjajah Indonesia kembali dengan membentuk negara-negara boneka dan melakukan aksi militer pada tahun 1947 dan 1949 namun pada akhirnya Belanda mengakui Indonesia sebagai negara RIS pada tanggal 27 Desember 1949.

Pada tanggal 17 Agustus 1950 negara-negara bagian RIS menyatakan kembali ke Negara Kesatuan RI dengan soekarno-Hatta sebagai presiden dan wapres. Pada tanggal 18-25 April 1955 Soekarno berhasil membawa Indonesia menyelenggarakan Konfrensi Asia-Afrika di Bandung yakni sebuah konfrensi yang mempersatukan sesama negara-negara bekas jajahan berdasarkan persamaan nasib dan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme serta kapitalisme.

Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yng menyatakan berlakunya kembali UUD 1945, pembubaran badan konstituante, dan UUD Sementara dianggap tidak berlaku lagi. Dalam pidatonya yan monumental di Sidang Umum PBB pada tanggal 30 September 1960, Soekarno menegaskan tentang Pembebasan Irian Barat kepada pihak internasional. Usaha itu direalisasikan oleh Soekarno dalam operasi Trikora setelah melalui perundingan dan pertempuran yang harus membuat PBB turun tangan.

Soekarno menilai demokrasi terpimpin sebagai demokrasi tertinggi yang lahir dari kultur masyarakat Indonesia berlandas pada hikmah kebijaksanaan permusywaratan dan perwakilan merupakan musuh dari demokrasi liberal atau demokrasi produk barat. Bagi Soekarno demokrasi parlemen barat adalah tirani mayoritas terhadap minoritas.

Ia meyakini adalah lebih sesuai dengan tradisi Indonesia dalam hal memerintah untuk membicarakan masaslah sehabis-habisnya sampai tercapai mufakat. Kaum nasionalis seharusnya bersatu dalam satu partai tunggal dan di dalamnya mereka boleh bersengketa dan mencapai konsesnsis atau mufakat. Hal ini dinilainya jauh lebih baik ketimbang adanya banyak parta yang secara publik berdebat dan bersaing satu dengan yang lain.

Dalam menegaskan sikapnya yang antipati terhadap demokrasi barat atau liberal soekarno berkali-kali berkata…..

“ Ya, demokrasi politik itu pun hanya bau-baunya saja! Di negeri negeri modern itu benar ada parlemen, benar ada “temapat perwakilan”, benar Rakyat namanya “boleh memerintah”, tetapi aah..., kaum borjuis lebih kaya daripada rakyat jelata, mereka dengan harta benda kekayaannya , dengan surat-surat kabarnya, dengan propagandis-propagandisnya, dengan bioskop-bioskopnya, dengan segala alat kekuasaanya bisa mempengaruhi semua akal pikiran kaum pemilih, mempenagruhi semua jalannya publik. Mereka misalnya membikin ‘kemerdekaan pers” bagi rakyat jelata menjadi omongan kosong belaka. Mereka menyulap “kemerdekaan fikiran” bagi rakyat jelata menjadi ikatan fikiran, mereka memperkosa “kemerdekaan berserikat” menjadi kedustaaan publik “. [33]

Bahkan ia menawarkan konsespsi sosio demokrasi yang menurutnya merupakan demokrasi yang memberikan demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.

Dalam pidatonya Soekarno sering mengatakan, “ Kalau mencari demokrasi hendaknya jangan demokrasi barat, karena hanya mendatangkan demokrasi politik belaka, dan bukan demokrasi ekonomi. “

Berdasarkan penilaian Soekarno bahwa azas demokrasi parlemen atau barat hanyalah menyangkut kesamaarataan urusan politik semata tidak termasuk ekonomi. Selain penolakan Soekarno terhadap demokrasi parlemen atau barat yang dianggap hanya sebagai dominasi mayoritas parlemen. Asal usul pembenarannya dinilai Soekarno terdapat dalam pemikiran tradisional Indonesia, juga pada konsep praktek pendidikan Taman Siswa, dan dalam semangat musyawarah-mufakat Pancasila.

Dalam pergelutan pemikiran selama hidupnya Soekarno juga merumuskan ideologi perjuangan yang dianggapnya sebagai sebuah ajaran yang merupakan antitesa dari kapitalisme, yaitu marhaenisme hasil dari pembicaraanya dengan seorang petani Indonesia yang miskin bernama marhaen. [34]

Tri sakti ajaran Soekarno : berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di atas kebudayaan sendiri, Konfigurasi kekuatan pokok rakyat yang anti kapitalisme yang dicoba dibangun oleh Soekarno dalam wadah front Nasakom dengan harapan persatuan antara kaum nasionalis, agama dan komunis sebagai ujung tombak perlawanan terhadap kapitalisme.

Oleh karena itulah Soekarno selalu mengembar-gemborkan konsepsi politik tentang persatuan nasional berporoskan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), Manifesto Politik-UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi terpimpin, Kepribadian Indonesia. Bung Karno memandang pilar kekuatan anti kapitalisme ini diperoleh dari kekuatan-kekuatan politik beraliran kiri dan nasionalis radikal.

Hal ini berulang-ulang ditegaskan Soekarno dalam pidatonya “ Bukannya kita mengharap yang nasionalis itu berubah faham menjadi Islamis atau Marxis, bukannya maksud kita menyuruh Marxis dan Islamis itu berbalik menjadi Nasionalis, akan tetapi impian kita ialah kerukunan, persatuan antara tiga golongan itu “.

Berdasarkan pandangan dan pemikirannya, banyak pihak yang kebingungan melihat siapakah sebenarnya sosok Soekarno. Ada yang mengatakan Soekarno seorang Islamis, ada yang mengatakan ia nasionalis dan ada yang menyebut Soekarno adalah komunis.

2. Konfigurasi Dalam Diri Soekarno

Soekarno sendiri sering menyebut dirinya adalah seorang marxis, dan itu dibuktikan melalui ucapan-ucapanya bahkan Dr. Tjipto Mangunkusumo menulis tentang Bung Karno di tahun 1941 dalam Hong Po, yang intinya menjelaskan bahwa “ Paham marxisme membakar Soekarno punya jiwa “.

Tulisan Dr. Tjipto Mangunkusumo ini secara langsung dibalas oleh Soekarno dalam harian Hong Po pada tahun 1941, “ Saya mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang Dr. Tjipto Mangunkusumo limpahkan atas diriku ini, Memang ! “. Soekarno sendiri kemudian menulis dalam artikel pemandangan pada tahun 1941 :

" Dan kini saya bertanya kepada tuan : Kenalkah tuan dengan cap Soekarno dengan garis-garisnya yang besar? Ada orang mengatakan Soekarno itu nasionalis, ada orang mengatakan Soekarno itu bukan lagi nasionalis, tetapi Islam, ada lagi yang mengatakan dia bukan lagi nasionalis bukan Islam tapi Marxis, dan ada lagi yang mengatakan dia bukan Marxis tetapi seorang yang berpaham sendiri. Golongan yang tersebut belakangan ini berkata : mau disebut dia nasionalis, dia tidak setuju dengan apa yang biasanya disebut nasionalisme ; mau disebut dia Islam, dia mengeluarkam paham-paham yang tidak sesuai dengan pahamnya banyak orang Islam ; mau disebut Marxis, dia ‘gila’ kepada Marxisme itu !Baiklah saya tuturkan kepada Tuan, betapakah ………….. Soekarno itu. Apakah Soekarno itu ?Nasionaliskah ? Islam-kah ? Marxis-kah ?Pembaca-pembaca, Soekarno adalah …… campuran dari semua isme-isme itu ! “[35]

Perkataan Soekarno menyangkut kediriannya itu juga dikatakannya sebagai bentuk penegasan untuk meyakinkan orang-orang yang meragukan dan kebingungan serta sama sekali tidak mengenal atau bahkan mereka yang juga anti terhadap Soekarno. “ Saya tetap Nasionalis, tetap Marxis, dan tetap Islam. Ketiga sinthese inilah yang memenuhi saya punya dada. Dan satu dari ketiga sinthese itu adalah sebuah sinthese yang maha hebat “.

Dengan perkataannya tersebut Soekarno semakin menegaskan siap sebenarnya dirinya. Perkataan yang lain yang juga mendukung ucapan-ucapan Soekarno sebelumnya yakni :

“ Dalam cita-cita politikku,

Aku ini nasionalis,

Dalam cita-cita sosialku,

Aku ini sosialis,

Dalam cita-cita-sukmaku,

Aku ini sama sekali theis,

Sama sekali percaya kepada Tuhan,

Sama sekali mengabdi kepada Tuhan “ .[36]

Peran Soekarno di mata dunia sebagai Presiden Indonesia pernah menorehkan sejarah emas seperti Indonesia sebagai pelopor Gerakan Non Blok (GNB), Manuver Soekarno yang memanfaatkan Uni Sovyet sebagai kawan politik melawan Amerika Serikat untuk membebaskan Irian Barat.

Pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat resmi kembali kepangkuan Indonesia. Operasi Ganyang Malaysia, pidato Soekarno tentang Pancasila di depan sidang PBB, ketegasan Soekarno yang anti kapitalisme dengan penolakan bantuan Amerika kepada Indonesia secara tegas Soekarno mengatakan “ Go To Hell With Your Aid “.[37]

Pada tanggal 17 Mei 1956 Soekarno mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat dalam rangka kunjungan resminya ke negara tersebut. Petikan pidato tersebut diantaranya :

“ Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggu kolonialisme telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad tetapi perjuangan kami belum selesai. Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada dibawah dominasi kolonial, masih belum bisa menikmati kemerdekaan? “[38]

Kunjungan-kinjungannya keluar negeri telah membuat Soekarno menjadi tokoh Dunia Ketiga yang selalu menjadi sorotan internasional. Sikapnya yang charming dan kosmopolitan, kegandrungannya terhadap kesenian dan kebudayaan, pengetahuannya terhadap sejarah, bahasa tubuhnya yang menyenangkan telah menjadikan Soekarno menjadi manusia sejarah yang terpenting di abad ke-20 dan hanya dapat ditandingi oleh Fidel Castro atau J.F. Kennedy.

Nama Soekarno telah melegenda sedemikian rupa, pada usia 15 tahun ia sudah menulis 15 artikel dan sebahagian hidupnya ia habiskan di penjara. Pada usia 17 tahun ia sudah menemukan konsep Pancasila sebagai dasar negara yang dikemukan secara komprehensif di depan BPUPKI.

Nama Soekarno tidak dapat dipisahkan dari jatuh bangunnya perjalanan Indonesia. Kesenyawaan Soekarno dengan Indonesia tidak saja bertautan dengan keadaan sekitar masa hidupnya akan tetapi menyentuh hal-hal yang jauh ke masa sebelumya dan menjangkau jauh ke masa depan.

Pengenalan Soekarno terhadap Indonesia tidak sekedar mengetahui melainkan dia merasa dirinya adalah bagian dari totalitas Indonesia dikarenakan kesenyawaan Bung Karno dengan Indonesia dalam periode pergerakan nasional, perjuangan kemerdekaan, dan pengisian kemerdekaan selama masa hidunya yang sedemikian kental.

Hal ini tergambar dalam kata-kata Soekarno sebagai berikut :

Bila aku melihat gelombang laut memecah pantai

Aku melihat indonesia

Bila aku melihat rumpunan padi menguning ditiup angin

Aku melihat Indonesia

Aku melihat awan berarak di langit biru,

Aku melihat Indonesia,

Aku melihat ombak berdebur memecah pantai,

Aku melihat Indonesia,

Aku melihat tatapan sayu mata seorang anak,

Aku melihat Indonesia… [39]

Tak salah ketika Subadio Sastrosatomo menyimpulkan mengenai totalitas Soekarno dengan hubungan dengan Indonesia : “ Bagi bangsa Indonesia RI adalah Soekarno dan Soekarno adalah RI “.[40]

Pemahaman Soekarno terhadap Indonesia dan pengabdiannya terhadap mannusia dapat dilihat dalam 5 kerangka pokok yang meyangkut aspek kepribadian diri seorang Soekarno yakni : [41]

· Bung Karno menghayati akar budaya, karakter dan sejarah bangsa Indonesia.

· Bung Karno menghayati hati nurani rakyat dan kondisi Indonesia secara totalitas.

· Bung Karno gandrung akan persatuan dan senantiasa bertolak dari front persatuan dalam mencapai tujuan perjuangan.

· Bung Karno sangat paham tahap-tahap perjuangan dan juga tahapan revolusi.

· Bung Karno sangat paham terhadap sejarah dunia, serta paham-paham yang ada dan sifat serta karakter dari paham-paham tersebut.

Bung Karno memiliki pandangan hidup yang didapatkan dari ayahnya Sukemi sewaktu kecil yakni Twat Twam Asi sebuah ajaran agama Hindu yang berarti : Dia adalah Aku, Aku adalah Dia ; Engkau adalah Aku dan Aku adalah Engkau.’ Namun bagi Soekarno ajaran tersebut sebagai hubungan manusia dengan manusia dan dengan mahkluk bernyawa lainya sebagai ciptaan Tuhan.[42]

Selain itu Soekarno juga memiliki pandangan hidup lainnya yang turut membentuk ke-diri-an Soekarno dalam perjalanan hidupnya seperti :

· Mencintai Tuhan.

· Mencintai Ibu-Bapak.

· Mencintai Tanah Air.

· Mencintai Kemanusiaan.

· Mencintai Keadilan.

· Mencintai Persatuan. [43]

3. Soekarno Anti Kapitalisme

Soekarno adalah sosok manusia Indonesia yang sangat anti terhadap kolonialisme dan kapitalisme, baginya kedua isme tersebut melahirkan struktur sosial masyarakat yang eksploitatif. Tiada pilihan lain baginya selain berjuang secara politis untuk menentang kedua paham tersebut.

Menurutnya kapitalisme mendorong lahirnya imperialisme baik imperialisme politik maupun imperialisme ekonomi. Tetapi ia tidak menyamakan imperialisme dengan pemerintah kolonial. Imperialisme menurutnya bukanlah pegawai pemerintah, bukanlah suatu pemerintahan, bukanlah kekuasaan bukanlah pribadi atau organisasi apapun.[44]

Sebaliknya imperialisme adalah sebuah hasrat berkuasa yang antara lain terwujud adalam sebuah sistem yang memerintah atau mengatur ekonomi dan negara dan orang lain. Lebih dari sekedar suatu institusi, imperialisme merupakan kumpulan dari kekuatan-kekuatan yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.

Salah satu tulisan pokok yang biasanya diacu untuk menunjukan sikap Soekarno muda dalam menentang kolonialisme adalah tulisanya tentang “ Nasionalisme, Islamisme, Marxisme “. Dalam tulisannya yang dimuat secara berseri di jurnal Indonesia muda tahun 1926, sikap anti kolonialisme tersebut tampak jelas sekali . Bisa dikatakan sikap anti kolonialisme dan imperialisme Soekarno pada tahun 1950-an merupakan kelanjutan dari pemikiran-pemikiran soekarno muda.[45]

Menurut Soekarno kolonialisme erat terkait dengan kapitalisme yakni suatu sistem ekonomi yang dikelola oleh sekelompok kecil pemilik modal yang tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan, kaum kapitalis tak segan-segan untuk mengeksploitasi orang lain.[46]

Soekarno menilai penyebab kemiskinan yang diderita rakyat Indonesia dilatarbelakangi oleh sistem kapitalisme. Kapitalisme melahirkan kolonialisme dan kolonialisme melahirkan imperialisme pula. Oleh karena itu untuk menghadapi sistem kapitalisme harus dengan kesadaran rakyat untuk menghancurkan sistem kapitalisme yang eksploitatif itu.[47]

Kapitalisme di Indonesia adalah cangkokan dari Eropah yang dalam beberapa hal tidak sama dengan kapitalisme yang tumbuh dan dibesarkan dalam negerinya sendiri, yakni Eropah dan Amerika Utara. [48]

4. Akhir Perjalanan Hidup Putra Sang Fajar

Peristiwa G30S/1965 membuat Soekarno tersingkir dari kekuasaan sebagai presiden. Kisah-kisah Soekarno, peran dan perjalanan hidupnya sempat dihapuskan semasa kekuasaan orde baru. Namun setelah reformasi bergulir buku-buku yang mengisahkan riwayat Soekarno kembali bermunculan. Dan untuk saat ini ajaran dan ketokohan Soekarno tetap menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia yang kerap didera oleh krisis multi dimensional.

Ketidaktegasan sikapnya dalam menghadapi munculnya Gerakan 1 Oktober 1965 dinilai banyak pihak dikarenakan Soekarno tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah diantara masyarakat Indonesia. Bahkan banyak pihak yang berpendapat sikap Soekarno menjelang akhir kekuasaannya adalah demi memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dan rakyat Indonesia meskipun Soekarno harus merelakan kepemimpinannya dijatuhkan oleh lawan-lawan politiknya .

Menurut Audrey R. Kahin dan George McT. Kahin bahwasannya persatuan nasional adalah suatu kondisi yang sangat diidamkan oleh Soekarno, karena hanya dengan persatuan nasional itulah seluruh cita-cita perjuangan akan dapat dicapai. Namun oleh lawan-lawan politik Soekarno sering diplintir hal tersebut sebagai langkah Soekarno untuk merangkul dan memberi angin kepada komunisme.

Ironisnya justru orang asing lebih dapat memahami fikiran dan tindakan Soekarno seprti diungkapkan oleh kedua Kahin. “ Soekarno yakin persatuan nasional bukan sekedar soal geografi tetapi juga ideologi. Sebagai orang yang sangat berhati-hati dalam memilih ideologi, ia menganggap dirinya seorang sosialis-dan tidak pernah menganjurkan komunisme.

Namun sikap Soekarno tersebut membuktikan bahwasannya di adalah seorang Soekarnois. Soekarno memang mengerti Marxisme dan paham cara untuk menerapkan ideologi tersebut. Berkali-kali ia mengakui dirinya seorang Marxis, yakni orang yang memahami dan menggunakan marxisme sejauh cara melakukan analisa terhadap paham marxisme.

Pada tujuan akhirnya Soekarno kembali kepada Soekarnoisme : Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Bagi Soekarno, Marxisme hanya digunakan sebagai pisau analisa (denk method), tetapi marxisme bukan dijadikan tujuan atau falsafah seperti yang dianut kaum komunis.

Hal ini dibuktikannya dengan perkataanya :

“ Aku memuji apa yang baik, tak pandang sesuatu itu datangnya dari seorang Komunis, Islam atau seorang Hopi Indian. Akan tetapi betapapun pandangan dunia luar, maka terhadap persoalan apakah aku akan menjadi seorang komunis atau tidak, jawabnya ialah : tidak. T-I-D-A-K ! [49]

Penggulingan Soekarno dinilai adanya keterlibatan kekuatan asing yang berada dibalik pembunuhan perwira Angkatan Darat (kudeta yang gagal). Proses politik konspirasi ini melibatkan kekuatan gerakan mahasiwa yang mengusung isu pembubaran PKI, penurunan harga dan perubahan kabinet. Namun gerakan ini menjurus pada upaya pergantian kepemimpinan nasional.

Tanggal 1 Oktober 1965 merupakan titik balik dalam perjalanan hidup Soekarno, karena sejak tanggal itu Soekarno bukan lagi merupakan pemimpin tertinggi di Indonesia. Perlahan tapi pasti sinar bintang Presiden Soekarno mulai surut ke belakang.[50]

Setelah tidak berkuasa Bung karno dikarantina, ia diperlakukan tidak manusiawi, dan sakit-sakitan. Perlakuan kasar dan misteri dibalik kematian Soekarno masih menjadi perdebatan kompleks dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejak Supersemar 1966 dikeluarkan Soekarno secara praktis tidak memegang kekuasaan seperti semula.

Di akhir masa kekuasaanya, Soekarno sering merasa kesepian. Dalam autobiografinya yang disusun oleh Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat, Soekarno menuturkan,

“ Aku tak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat tidur barang sekejap. Kadang-kadang, di larut malam, aku menelpon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu dan kataku, “ bandrio datanglah ke tempat saya, temani saya, ceritakanlah sesuatu lelucon, berceritalahtentang apa saja asal jangan mengenai politik. Dan kalau saya tertidur, maafkanlah…… Untuk pertama kali dalam hidupku aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalu lelah. “ [51]

Dalam biografinya Bung Hatta mengecam perlakuan tidak manusiawi yang diterima oleh Soekarno. Soekarno menanggung kesengsaraan sedemikian hebat sebelum menghembuskan nafas terakhir menjelang detik-detik kematian Soekarno.

Soekarno wafat pada tanggal 21 Juni 1970 dan dimakamkan di Blitar. Pada tanggal 14 Januari 1999 Bung Karno mendapat penghargaan Lencana Tugas Kencana sebagian dari sederet gelar lainya termasuk 27 gelar doktor kehormatan. Dan pada tanggal 8 November 1986 bersama Bung Hatta mendapat gelar Pahlawan Proklamator. [52]

Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur di dekat makam ibundanya Ida Ayu Nyoman Rai. Pemimpin Besar Revolusi ini meninggalkan 8 orang anak.

Dari Fatmawati : Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari Hartini ia memiliki anak Taufan dan Bayu. Sedangkan dari Ratna Sari Dewi seorang wanita keturunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, Soekarno dianugerahi seorang putri bernama Kartika. [53]

Setelah Soekarno wafat, politik de-soekarnoisasi secara lancar dikampanyekan oleh musuh-musuh Soekarno, baik secara pribadi juga melalui ajaran-ajaran Soekarno. Ketokohan soekarno didiskriminasikan dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia. Pelarangan terhadap segala hal yang berbau Soekarno dan pembunuhan karakter terhadap diri Soekarno diciptakan demi kepentingan penguasa dan kekuatan Nekolim.

Banyak sekali tulisan tentang Soekarno dan seolah-olah ibarat mata air yang terus mengalir, apalagi dalam kondisi Indonesia yang mengalami krisis kepemimpinan dengan situasi semakin lekangnya tokoh panutan bangsa. Nama dan sosok Bung Karno ‘ hidup ‘ lagi, dan melegenda.

Indonesia di masa kepemimpinan post-Soekarno tampil kembali kebesaran dan kebaikan, bersinar terang dalam suasana Indonesia yang serba gelap. Soekarno memberi inspirasi bahwa dalam satu masa, Indonesia pernah punya tokoh yang disegani dunia dan mempertinggi derajat bangsa Indonesia di mata dunia. Tak dapat diramalkan akan datangnya tokoh sehebat Soekarno yang akan dimiliki Indonesia kembali untuk rakyat dan negara Indonesia


* Diambil dari skripsi S1 ILMU POLITIK FISIP USU
* Ketua GMNI FISIP USU 2004-2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar